Kamis, 11 November 2010

10 Cara Memotivasi Anak


Kesal karena si kecil kurang bersemangat dan cepat putus asa?
Ada kok cara bijak untuk 'mengomporinya'.
INDONESIA JENIUS - IndonesiaJenius.com - Training Aktivasi Otak Tengah Terbaik di Indonesia"Kenapa ya, Mona tidak seperti Sherly," keluh Bu Dewi (30 tahun) suatu ketika kepada suaminya. Ia merasa, anaknya yang masih TK Nol Besar itu kalah jauh dengan teman sekelasnya, anak Bu Lusi itu. "Sherly sudah bisa menulis a-b-c-d dengan lancar. Nulisnya rapi lagi. Si Mona kok nggak bisa seperti itu? Tulisannya berantakan. Nulis b juga masih sering keliru dengan d."


Lain lagi dengan Adi (5 tahun), anak Bu Diana. Ia selalu rewel kalau hendak memakai sendiri sepatu kets-nya. "Ma, gimana sih, makainya?"   "Ah, masa begitu saja nggak bisa," ibunya menyindir. "Kan tinggal dimasukkan saja, kakinya."  "Nggak bisa, Ma," Adi setengah berteriak. "Ya sudah, nggak usah pakai sepatu!" Adi pun menangis.

Memang sih, tidak mudah mengharapkan anak untuk dapat melakukan sesuatu secara cerdas, benar, apalagi cepat. Tapi, jangan salah. Pada usia pra-sekolah, usia 3-5 tahun, sebenarnya anak punya motivasi yang kuat untuk belajar lho! Yang sudah diperolehnya pada kurun waktu ini pun banyak. Ia, misalnya, sudah dapat menerjemahkan ekspresi wajah orang, mengungkapkan perasaan, membedakan mana yang salah dan benar, serta sudah punya rasa malu dan bersalah.


Yang tak kalah penting, anak juga sudah mulai ingin mandiri dalam banyak hal.  Jadi, yang diperlukan adalah, bagaimana agar anak bisa termotivasi dalam proses belajarnya itu. Motivasi atau dorongan untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan, bisa timbul dari dalam diri anak, namun juga bisa dibangkitkan dari luar.  Nah, tugas orang tualah -- dan juga guru di sekolah --  untuk memberikan sikap serta suasana lingkungan yang tanggap pada kebutuhan anak, sehingga anak lebih tertantang, berupaya lebih keras, serta tidak cepat down.
SEPULUH CARA BERIKUT INI MUNGKIN BISA MEMBANTU : 

1. JANGAN BERI 'CAP' NEGATIF
Anak akan termotivasi untuk bertindak positif jika ia sadar bahwa tindakan itu menguntungkan dirinya. Anak yang kelihatannya pemalas atau tidak tertarik untuk melakukan sesuatu, belum tentu selamanya akan terus begitu. Bisa jadi ia nanti akan berkembang menjadi anak yang rajin. Kita cukup memberinya pengertian tentang manfaat yang akan diperoleh bila ia berlaku positif. Misalnya, jika menghabiskan makanan, membersihkan tempat tidur, atau mematikan lampu. Karenanya, jangan memberi cap atau label negatif pada anak. Hindari mengucapkan kalimat seperti "Pemalas!" atau "Begitu saja tidak bisa!"  Ini akan menurunkan motivasi si anak.
2. HARGAI KEUNIKAN ANAK
Anak akan berkembang baik bila keunikan atau perbedaannya dihargai. Dalam belajar, misalnya, minat dan juga kecepatan tiap anak berbeda, seperti kasus Mona dan Sherly di atas.  Nah, orang tualah yang mesti peka terhadap kedua hal ini. Jangan ingin menyamakan begitu saja, sebab ini tidak ada manfaatnya bagi Anda dan anak. Setiap anak memang berbeda, dan usia bukanlah ukuran mati dalam perkembangan.
3. JANGAN DITARGET
Perkembangan anak mesti melalui tahap demi tahap. Jika ia telah menguasai tahap yang terdahulu, ia akan lebih mantap di tahap berikutnya. Orang tua tidak boleh mendidik anak berdasarkan target. Jangan memaksa anak menulis yang bagus. Siapa tahu memegang pensilnya belum benar?
4. BERI DORONGAN, BUKAN LARANGAN 
Kurangnya dorongan orang tua bisa merugikan si anak. Sebab usia 3-5 tahun adalah masa keemasan (golden age) bagi anak. Apalagi kalau rasa keingintahuannya yang besar itu dimatikan. Lebih baik, misalnya, memberinya lingkungan yang nyaman. Jika si kecil bilang ia lebih suka menggambar di ruang tamu atau di meja makan, biarkanlah. Jangan langsung melarangnya dengan berteriak, "Jangan di situ!" atau "Apa yang kamu lakukan, heh?" akan menjadi pukulan bagi si kecil. Biasanya ini pula yang membuatnya ngambek atau mogok.
5. CEK JUGA FAKTOR LAIN
Sudah diberi dorongan, tapi masih juga lesu, tak bangkit motivasinya? Jangan-jangan si kecil kurang gizi. Perkembangan intelektual, fisik, emosi, serta sosial anak saling berpengaruh satu sama lain. Jika salah satu terganggu, yang lain juga terpengaruh. Anak yang kurang gizi, misalnya, selain terganggu fisiknya, misal jadi lemah, lesu, juga akan terganggu perkembangan intelektualnya.
6. FOKUSKAN PUJIAN
Pujian itu penting. Tapi yang lebih penting lagi, harus terfokus. Anak-anak pun bisa mengerti lho, jika orang tua memuji tapi cuma untuk basa-basi. Jadi, tidak cukup hanya mengatakan "Bagus!" saat si kecil menunjukkan hasil gambarnya.  Mungkin lebih baik mengatakan, "Ouw, garis yang kamu buat itu lurus sekali!" atau "Wah, kombinasi warna biru dan kuning ini pas sekali!" Dengan cara ini, ia tahu bahwa Anda memberi perhatian. Dan mereka akan bekerja lebih keras lagi di lain waktu.
7. BERI HADIAH YANG TEPAT
Untuk menumbuhkan motivasi, dorongan yang diberikan orang tua bisa dalam bentuk hadiah. Namun ini hanya berdampak positif jika diberikan pada saat dan tempat yang tepat. Misalnya, akan dibuatkan kolak jika ia bangun lebih pagi. Atau boleh bermain lebih lama jika ia bisa menyelesaikan PR lebih awal. Dorongan dari luar ini diharapkan dapat berkembang menjadi dorongan dari dalam diri setelah anak tahu manfaat perilaku positif tersebut. Sering, orang tua berjanji akan memberikan sesuatu yang besar kalau si anak berhasil. Misalnya, membelikan sepeda kalau anak menjadi ranking satu. Kalau tidak, ia tak akan dapat apa pun. Cara seperti ini tidak baik, sebab hanya membuat si anak cemas saat hendak menghadapi ujian. Ia pun akan benar-benar sedih kalau gagal.
8. BERI HUKUMAN YANG BERMANFAAT
Misalnya, tidak mengajaknya ke mal jika ia suka bermain korek api, pisau, atau gunting. Mungkin anak akan menghentikan kebiasaanya meski tak tahu kenapa mesti begitu. Namun lama-kelamaan perilaku itu akan berhenti bukan karena adanya 'ancaman' dari luar, namun lantaran tahu ada bahaya di balik hobinya itu.
9. HARGAILAH, MESKI ACAK-ACAKAN
Meskipun gambar yang dibuat si kecil menurut orang tua cuma coret-coretan, hargailah. Sebab bagi anak, gambar itu sangat berarti baginya. Sebaiknya kita tidak pesimis -- apalagi apriori -- terhadap upaya anak.
10. JANGAN BERHARAP TERLALU TINGGI
Anak tidak perlu harus selalu menjadi nomor satu atau yang ter... di lingkungan sebayanya. Jika ingin si kecil berprestasi dalam olahraga, ingatlah bahwa di usia pra-sekolah, olahraga bukanlah untuk menumbuhkan semangat berkompetisi yang tinggi, atau mempertandingkan kemampuan fisik. Namun untuk lebih untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi dan kerja sama. Memintanya agar ia selalu berprestasi bukan hanya berharap terlalu tinggi, tapi bisa jadi juga 'salah alamat'.
TERUS, BAGAIMANA CARA MEMOTIVASI ANAK AGAR MEREKA MAU BELAJAR ?
MOTIVASI dapat membuat perbedaan yang mencolok pada prestasi dua orang siswa yang tingkat intellegensinya sama. Bahkan anak yang paling cerdas di kelas tidak akan berhasil jika tidak ada dorongan dari dirinya sendiri untuk belajar.
Sangatlah penting untuk membangkitkan rangsangan yang positif pada anak sejak usia dini. Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan rumah yang hangat dan mendukung, akan memberi dorongan bagi anak untuk maju. Anak akan bersikap terbuka, tidak segan-segan terhadap minatnya yang khusus, dan merasa bebas untuk memenuhi rasa ingin tahunya.
Disiplin yang berlebihan atau terlalu ketat dapat membuat anak cemas dan menurunkan kemampuannya untuk memusatkan perhatian pada sesuatu yang khusus. Memberi pujian atas usaha dan prestasi merupakan dorongan yang lebih efektif daripada mencela suatu kegagalan. Hal ini cocok dilakukan bagi siswa yang baru mulai sekolah, yang sering merasa takut pada suasana di kelas waktu pertama kali masuk. Rasa percaya diri akan kemampuan intelektualnya yang sedang berkembang masih peka, dan ia memerlukan orangtuanya untuk mengobati rasa sakit hati dan kekecewaan yang tak terelakkan.
Hadiahnya adalah belajar. Seorang anak membaca buku mungkin karena ia ingin tahu lebih banyak mengenai suatu hal. Para ahli psikologi menyebutnya “motivasi intrinsik”, dan setiap orangtua dan guru menanggapinya dengan baik.
Dengan motivasi ini, seorang anak memerlukan perhatian anda ketimbang penghargaan lain. Penelitian membuktikan bahwa pemberian hadiah untuk apa yang dilakukan anak yang sudah termotivasi malahan akan merusak minatnya yang alamiah. Memberikan hadiah karena anak mampu membaca tiga bab membuatnya berhenti sampai disitu. Namun bila dibiarkan, ia akan menyelesaikan seluruh isi buku.
Tunjukkan betapa usaha dan prestasi mempunyai arti yang penting. Salah satu caranya adalah mengisi rumah anda dengan bermacam-macam buku dan majalah, membaca surat kabar setiap hari, mengikuti berita sore di Televisi, dan menghadirkan percakapan sebagai bagian dari kehidupan kita sehari-hari.
Sumber :
•    detik.com
•    berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar