Materi ini diambil dari Training The Power of Personality yang disampaikan oleh Mr. Andri Ariestianto selaku Master Coach Personality yang telah banyak merubah pandangan saya terhadap cara berhubungan dengan keluarga dan orang lain.
Suatu hari Minggu, saya dan beberapa teman sedang menikmati makan pagi di restoren hotel di Bali dimana kami menginap. Ketika itu ada keluarga-orang tua, kakek-nenek, dan anak berusia sepuluh bulan duduk di dekat meja kami. Sementara mereka duduk, kami mau tidak mau mengamati kegaduhannya.
Si anak tidak mau duduk di kursi tinggi yang telah disediakan. Itu tampak jelas dari jeritan protesnya! Namun hal ini tidak menghalangi Ibunya untuk tetap mendudukkannya di sana.
Si anak tidak mau duduk di kursi tinggi yang telah disediakan. Itu tampak jelas dari jeritan protesnya! Namun hal ini tidak menghalangi Ibunya untuk tetap mendudukkannya di sana.
Sementara itu sang Ayah diam-diam duduk dan mulai melihat-lihat menu, sementara kakek-neneknya saling bertukar pandang sebelum duduk. Tidak lama kemudian seluruh keluarga ini sudah siap menikmati hidangan mereka. Namun sang anak lain lagi. Setiap beberapa menit ia menunjuk-nunjuk sambil mengeluarkan suara lengking yang menarik perhatian semua orang di restoran ini. Kalau mau dikatakan (Lebaaayy...: “gelas-gelas dimeja kami juga merasakan getaran lengkingannnya, teh yang kami minumpun ikut bergetar, tidak perlu kita aduk dengan sendok, gula dan tehnya sudah pasti teraduk sendiri... ha...ha...ha....”).
Ibunya yang kebingungan buru-buru berusaha membujuknya dengan beberapa makanan ringan. Sang anakpun segera meremas kue keringnya itu dan melemparkannya ke udara (Lebaaayy : “untung tidak menyentuh langit-langit restoran”). Ia berseru kegirangan melihat remihan kue itu jatuh ke atasnya serta ke atas meja.
Melihat semuanya itu sang Ibu terduduk lemas dan menghela nafas panjang. “Saya tidak tahu lagi dech harus bagaimana”’ katanya kepada orangtuanya.
Sang Nenek menggelengkan kepalanya. “Ibu juga tidak tahu, sayang. Dulu kamu tidak seperti itu”, katanya.
“Ibumu benar. Dulu kamu selalu diam dan sopan”, tambah sang Kakek. “Kemanapun kami mengajakmu, kamu tidak pernah membuat kegaduhan”.
“Ibumu benar. Dulu kamu selalu diam dan sopan”, tambah sang Kakek. “Kemanapun kami mengajakmu, kamu tidak pernah membuat kegaduhan”.
Sambil memandang sekilas kepada suaminya, yang masih juga melihat-lihat menunya, sang Ibu mengangkat tangannya seolah-olah sungkan dan berkata, “Tidak tahu dech apanya yang salah dengan dia!”
Apakah kisah ini kedengarannya tidak asing bagi Anda?
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa anak Anda tidak bersikap sesuai dengan yang Anda harapkan? Mengapa anak yang satu berisik dan nakal sementara yang lain pendiam, patuh, analitis, dan perfeksionis dari sananya? Mengapa yang satu kuat, aktif, dan menguasai seluruh keluarga sementara yang lain patuh, ramah, penuh kedamaian, dan sama sekali tidak bermasalah?
Mungkin artikel ini membantu Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dan membawakan keharmonisan rumah tangga Anda.
Seperti dalam pertunjukan Sinetron, anggota-anggota keluarga Anda memainkan berbagai peran dan harus bekerjasama untuk menghasilkan perpaduan yang sukses, seperti keluarga Indonesia Jenius (Fakta: manajemen Indonesia Jenius terkenal penuh dengan berbagai karakter dari yang Koleris, Sanguinis, Melankolis, dan Phlegmatis, namun dapat berkejasama dengan baik, karena semua sudah dibekali dengan The Power of Personality).
Namun tidak seperti Sinetron, anggota-anggota keluarga Anda tidak pernah latihan. Pasangan-pasangan suami istri berjumpa dan menikah tanpa evaluasi oleh sutradara yang berpengalaman, dan kita tidak mungkin memilih anak kita. Kita harus belajar memahami peran yang kita mainkan dan menekuninya.
Saya akan coba tunjukkan bagaimana menggunakan konsep dari 4 (empat) kepribadian dasar untuk memahami diri sendiri dan belajar hidup rukun dengan setiap anggota keluarga Anda.
Saya akan coba tunjukkan bagaimana menggunakan konsep dari 4 (empat) kepribadian dasar untuk memahami diri sendiri dan belajar hidup rukun dengan setiap anggota keluarga Anda.
Nanti akan Anda lihat mengapa anak Anda bersikap seperti itu dan bagaimana seharusnya respons Anda sebagai orang tua. Ketimbang menguatirkan mengapa Yu Ngatini Sanguin terus saja bicara dan melupakan pekerjaan rumahnya, mengapa Kang Karjo Koleris selalu “nge-boss” terhadap teman-temannya dan tampaknya bahkan menguasai Anda, mengapa Yu Minten Melankolis begitu rapih namun mudah tersinggung, atau mengapa Kang Paijo Phlegmatis begitu rileks dan tampaknya tidak perduli terhadap rencana-rencana Anda, Anda dapat melatih anak Anda menurut pola yang telah dibentuk oleh Sang Maha Pencipta.
Semoga hasilnya sukses..!
Training Aktivasi Otak Tengah Indonesia Jenius terbaik di Indonesia pendidikan anak brainwave untuk pelatihan otak kanan kiri menjadi cerdas
Training Aktivasi Otak Tengah Indonesia Jenius terbaik di Indonesia pendidikan anak brainwave untuk pelatihan otak kanan kiri menjadi cerdas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar